education
event & workshop
Event & Workshop by Inwave Academy's experts.02.speakers
Duis aliquet egestas purus in blandit. Curabitur vulputate, ligula lacinia lorem ipsum hasellus molestie magna non est bibendum non venenatis nisl tempor...daniel nguyen
03.sponsors
tempor dictum feugiat, cipitur sat.
Nulla at nulla justo, eget luctus tortor. Nulla facilisi aliquet egesta
purus in blandit. Curabitur vulputateligula lacinia scelerisque temporlacus lacus
04.timetable
dictum feugiat, cipitur sat.
schedule does not exist
night party and rest time
schedule does not exist
05. Registration
dictum feugiat, cipitur sat.
Duis aliquet egestas purus in blandit. Curabitur vulputate, ligula lacinia lorem ipsum hasellus molestie magna non est bibendum non venenatis nisl tempor…
Duis aliquet egestas purus in blandit. Curabitur vulputate, ligula lacinia lorem ipsum hasellus molestie magna non est bibendum non venenatis nisl tempor…
Duis aliquet egestas purus in blandit. Curabitur vulputate, ligula lacinia lorem ipsum hasellus molestie magna non est bibendum non venenatis nisl tempor…
06.blog post
tempor dictum feugiat, cipitur sat.
Keajaiban di Balik Tawa
Oleh Agnes Samosir FCJ – Koordinator Program di FCJ Sarasvita Center
Hidup di dunia dipenuhi pengalaman jatuh dan bangun. Tantangan hadir mengundang kita untuk bertumbuh. Namun, keterbatasan kita sebagai manusia tanpa disadari membuat kita menjadi stress, mudah cemas atau putus asa dalam menghadapi tantangan. Bila berkepanjangan, stress menyebabkan daya tahan tubuh rendah, membuat bagian-bagian di tubuh kita terganggu, termasuk jantung, ginjal, perut atau otak kita sendiri.
Paus Fransiskus, dalam Dokumen Gaudete et Exsultate, memanggil kita ke arah kekudusan. Salah satu ciri kekudusan dalam masa sekarang ini adalah sukacita dan humor. Dalam dokumennya ini, Paus mengatakan, “Para kudus mampu hidup dengan sukacita dan rasa humor. Tanpa lari dari kenyataan, mereka memancarkan semangat positif dan kaya akan pengharapan bagi sesama. Menjadi orang kristen adalah “sukacita dalam Roh” (Rom 14:17), sebab “cinta kasih seharusnya diikuti sukacita. Karena siapa yang mengasihi selalu menikmati kesatuan dengan yang dikasihi …Maka kasih diikuti sukacita.” (GE 122)
Bagaimana caranya agar kita tetap memancarkan semangat positif, suka cita dan rasa humor, tanpa lari dari tantangan hidup? Berikut adalah sharing pengalaman dan pengetahuan hidup yang menunjukkan betapa tertawa itu bisa membawa keajaiban, lebih-lebih di tengah badai yang menerpa.
Tawa Membawa Keajaiban
Pada suatu hari, dua suster misionaris sedang berziarah ke Sendangsono. Peziarahan mereka dimulai dari Slanden menuju Gereja Promasan. Perjalanan ini cukup menantang. Hanya sedikit daerah yang menurun. Selebihnya menanjak hingga Gereja Promasan. Setiba di Gereja Promasan, mereka berhenti sejenak. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Gua Maria, mereka pergi kamar kecil. Suster A, yang lebih muda dan baru belajar Bahasa Indonesia, bertanya pada rekannya, Suster B, yang lebih lama tinggal di Indonesia. Katanya, “which room is for us: ‘Putra’atau ‘Putri’?” Yang maksudnya kamar kecil mana untuk mereka, yang bertuliskan ‘Putra’ atau bertuliskan ‘Putri’.
Suster B juga bingung dan tidak bisa menjawab, berhubung pengetahuan Indonesianya terbatas. Beberapa menit kemudian, ada seorang bapak tua berjalan melalui mereka. Sambil memikirkan kosa kata Indonesia yang tepat serta menyusun kalimat sesuai dengan struktur bahasa yang benar, Suster B mendekati bapak itu. Dengan penuh kepercayaan diri, Suster B menyapa, “Permisi, Pak,” sambil menempatkan tangan kanan ke dadanya, ia bertanya, “Saya, putra atau putri?” Wajah bapak itu kelihatan bingung. Suster B mengulangi lagi pertanyaannya, “Saya, putra atau putri?” Bapak itu diam sejenak… Sambil mengarahkan telunjuknya ke Suster B, ia berkata “You … are … a… woman!” Langsung, setelah itu, sang bapak pergi meninggalkan mereka.
Kedua misionaris ini terkejut terdiam menerima jawaban yang tak diduga itu. Tak lama kemudian, mereka tertawa terbahak-bahak. Akhirnya, Suster B berkata dengan penuh keyakinan, “I know now. We go to the ‘putri’. (Saya tahu sekarang. Kita pergi ke kamar kecil bertuliskan “putri”.) Are you sure?” tanya Suster A. “Yes,” jawab rekannya.
“How do you know?”, tanyanya lagi. Spontan sambil membuat tanda salib dengan penuh hormat, Suster B berkata , “Dalam nama Bapa dan Pu – te – RA!”
Walau sering diceritakan berulang-ulang, kisah ini menyegarkan jiwa dan terus terasa hangat dalam benak saya. Dalam situasi penuh tantangan berada di negeri asing, dengan pengetahuan bahasa lokal yang terbatas, mereka menanggapi jawaban bapak itu dengan tawa. Dengan tertawa, suster itu menerima dengan rendah hati kebenaran akan kesalahannya. Bapak itu menjawab dengan jujur dan tepat, sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Dengan tertawa kedua suster ini menyambut jawaban yang mengejutkan ini. Sebenarnya, mereka menantikan jawaban dalam Indonesia dengan satu kata: ‘putra’ atau ‘putri’. Tak disangka, jawaban bapak itu berbeda 180 derajat!
Karena tawa, sadar tidak sadar, terjadilah peralihan pandangan. Jawaban bapak ini membawa mereka ke perspektif yang berbeda, ke dimensi yang melampaui ruang dan waktu. Keberadaan pada dimensi yang berbeda ini menggetarkan otak kanan Suster B menangkap sinyal-sinyal ide kreatif dan inspiratif yang membuatnya menemukan solusi yang sederhana namun cemerlang! Di balik tawa ada keajaiban tersendiri. Cerita jenaka ini menginspirasikan saya untuk tertawa, berhati ringan dan riang dalam menghadapi hidup.
Tawa itu Menyehatkan
Pada tahun 2009, setelah mengalami honey moon beberapa bulan pertama di tanah misi baru di Myanmar, saya mulai mengalami kesepian dan kekeringan. Saat itu situasi politik negara ini cukup tegang. Sebagai orang asing, gerak-gerik saya sering diamati oleh mata-mata pemerintah. Setiap dua minggu sekali, kami harus melapor ke pemerintah lokal, dan setiap 70 hari kami harus keluar Myanmar untuk memperbaharui visa. Rasa marah dan frustrasi muncul karena kebebasan bergerak terbatas dan kebebasan berkomunikasi dengan dunia luar terputus.
Saya merasa down. Saya mudah tersinggung dan marah. Kekebalan tubuh menurun sehingga sering sakit kepala. Saat bepergian, saya mudah sakit perut setelah makan makanan asing khususnya yang segar dan tidak dimasak. Rasa frustasi yang bercampur ketakutan, juga kebingungan bercampur pemberontakan membuat saya sakit migran dan vertigo.
Di suatu pagi, saat hening, ada suara mengatakan, “sudah cukup!”. Suara itu terdengar jelas dan memanggil saya untuk berbuat sesuatu di saat desolasi. Sudah saatnya untuk menerima keadaan apa adanya. Tidak menyalahkan orang lain, tidak mengutuk budaya atau bahasa asing. Suara ini terus bergema sehingga membuat mata saya terperangkap oleh buku berjudul “Laugh For No Reason (Terapi Tawa)” oleh Dr. Madan Kataria, pendiri Gerakan Klub Tawa, yang berdiri di salah satu rak buku di suatu toko buku.
Lewat buku ini, saya terinspirasi membangun kebiasaan tertawa setiap hari selama lima menit tanpa sebab. Usai mengajar Bahasa Inggris di Campion Institute, seperti biasa dalam perjalanan pulang, saya melintasipohon-pohon tua di sepanjang Jalan Universitas dekat Universitas Yangon. Sambil berjalan, saya keluarkan hand phone saya, saya dekatkan ke telinga saya. Saya mulai tertawa kecil berakting seolah-olah lewat telepon, saya sedang mendengar cerita lucu dari lawan bicara saya. Lambat laun saya tertawa terbahak-bahak, sedemikian rupa hingga perut saya ikut tertawa (belly laughter).
Ternyata, setelah rutin melakukan latihan tawa tanpa sebab ini, stress saya berkurang dan kekebalan tubuh saya bertambah. Hingga saat ini, rasa sakit termasuk karena vertigo dan migran hilang. Saya jarang sekali sakit kepala atau flu. Neurosains mengungkapkan bahwa tertawa dengan atau tanpa alasan memberi energi positif pada tubuh kita. Tertawa merangsang produksi hormon endorfin dan membantu tubuh meningkatkan kadar hormon dopamin dan serotonin. Hormon-hormon ini menormalkan tekanan darah dan mengurangi produksi hormon yang berkaitan dengan stres, termasuk hormon kortisol. Ketiga hormon, yang dikenal juga sebagai hormon ‘bahagia’ ini, membantu meningkatkan suasana hati yang menyenangkan, merasa puas, bersemangat dan meningkatkan kekebalan tubuh. Benar bahwa tawa membuat pikiran rileks dan hati bersemangat. Saya lebih positif dalam melihat hidup, bertanggung jawab atas apa yang terjadi, termasuk emosi atau perasaan yang muncul. Terasa meningkat kemampuan saya untuk berfokus pada solusi daripada masalah. Ide-ide kreatif bermunculan dan ada energi untuk menjadikan ide-ide itu tertuang dalam kenyataan hidup. Dengan tertawa didukung dengan bermeditasi, mengolah batin dan berhubungan dengan alam, peziarahan hidup misionaris di Myanmar dapat saya jalani selama sepuluh tahun dengan damai dan riang hati.
Tertawa itu Membentuk Persaudaraan
Ketika ada perbedaan pandangan dalam bekerja sama, tertawa mencairkan suasana tegang. Tertawa membuat jiwa bersikap positif dan berhati ringan, memampukan diri untuk beralih pandang, memfokuskan diri pada solusi daripada masalah. Permainan untuk memenuhi kebutuhan menang atau kebutuhan paling benar sudah tidak banyak pengaruhnya lagi. Suasana tegang dicairkan oleh intensi hati yang murni untuk kebaikan bersama (care for the whole). Rasa aman tercipta, mengijinkan kerapuhan hati muncul di permukaan, menggetarkan jiwa untuk berbelas kasih, merekatkan persaudaraan sejati.
Tertawa itu Menular
Beberapa tahun lalu, seorang tenaga sukarela dari Australia menginap di Susteran kami. Beliau mengajar Bahasa Inggris di salah satu universitas di Yogyakarta. Di suatu hari, di saat sarapan, ada suatu percakapan yang membuat saya tertawa lepas. Tiba-tiba, ia muncul dari kamar tidurnya yang kebetulan dekat dengan ruang makan. Dengan tersenyum, ia mengatakan bahwa ia senang dengan tawa saya. Katanya, tawa saya menular, membuatnya bangun dengan gembira. Spontan, ia meminta saya untuk merekam tawa saya. Saya cukup kaget dan menanyakan kegunaan rekaman itu. Katanya, tawa saya bagus untuk dijadikan alarm. Sudah seringkali saya mendengar pujian semacam ini. Saya bersyukur karena rupanya tawa saya menularkan energi positif pada orang lain, mengundang mulut melebar dan tersenyum, mencerahkan wajah, meringankan hati dan menyegarkan jiwa.
Marilah tertawa setiap hari. Badai kehidupan takkan pernah pergi dari kehidupan kita. Kata Joan Rivers, artis dan pelawak Amerika Serikat, “Hidup ini sangat sulit. Jika kamu tidak tertawa, itu sulit.” Tawa dapat memberi energi hidup dan membangun daya tahan dalam mengarungi bahtera kehidupan. Kita tetap bisa tertawa walau badai datang. Bahkan di tengah-tengah tsunami kehidupan, tertawa memampukan kita untuk cerdik seperti ular dan halus seperti merpati. Mari kita menyambut panggilan Paus Fransiskus menuju kekudusan dengan penuh kepercayaan diri, antusias dan harapan. Mari menciptakan energi tawa setiap hari!
Tulisan ini dipublikasikan pada Majalah Rohani No.04, Tahun ke-19, April 2022
Read moreBertemu dengan kesegaran dalam Retret Mampir Minum Guru
Retret Mampir Minum Guru Yayasan Pendidikan Kanisius Yogyakarta pada tahun 2022 diselenggarakan dalam beberapa gelombang. Retret Mampri Minum Guru yang biasa disingkat RMMG menjadi kesempatan bagi para guru mengambil waktu sejenak untuk bertemu dengan diri sendiri dan pengalaman-pengalamannya. Beberapa guru membagikan pengalamannya.
Berikut pengalaman sebagian peserta RMMG, semoga menjadi inspirasi yang menyegarkan.
Dewi Marlina Candrawati – SD Kanisius Kotabaru I, peserta RRMG Gelombang 4
Hari ini Jumat, 29 April 2022 merupakan hari yang luar biasa untuk saya, setelah 1 minggu lebih saya dinyatakan oleh dokter ada indikasi “saraf kejepit” dan harus menjalani terapi. Dalam situasi tersebut, puji Tuhan, saya mendapati kesempatan untuk mengikuti rekoleksi di Sarasvia dan boleh belajar meditasi bersama untuk mengolah, menyatukan jiwa dan raga. Pada saat diminta rebahan awalnya punggung dan pinggang terasa sangat panas, bahkan sampai membuat saya menangis karena menahan sakit. Dalam meditasi ini saya berusaha untuk lebih merasakan diri sendiri dan menerima energi positif untuk berterimakasih pada diri sendiri dan tubuh. Puji Tuhan (Alleluia pada Tuhan) setelah meditasi, saya merasakan sakit yang ada di punggung hilang, merasakan enak/tidak sakit lagi serta badan terasa ringan.
Paulina Rukun Triandari, S.Pd., – SD Kanisius Condong Catur, Peserta RMMG Gelombang 5
Sebelum kami berangkat rekoleksi yang dilaksanakan dari pagi sampai sore; badan saya terasa sangat “lungkrah”, tidak enak sekali, kepala pusing, tidak ada napsu makan pagi sampai menjelang berangkat rekoleksi. Namun ketika saya memasuki halaman rumah retret Sarasvita, saya merasakan ada getaran kasih dan semangat untuk mengikuti rekoleksi dan berdinamika bersama teman-teman peserta yang lain. Pada saat Sr Agnes Samosir, FCJ pada sesi 1 memberikan kesempatan untuk bermeditasi di halaman, terasa sapaan dari Tuhan untuk bersemangat menjadi diri sendiri. Kepala mulai bersahabat dan tidak pusing.
Ingin bahagia? Jadilah diri sendiri, jangan disconnect (tidak terhubung) dengan orang lain. Pesan ini yang saya temukan dalam rekoleksi dan akan saya bawa sepulang dari sini. Saya baru menyadari kalau selama ini saya sering disconnect (tidak terhubung) baik di sekolah, di rumah, di lingkungan.
Sesi terakhir rekoleksi ditujukan untuk refresh (penyegaran) jiwa dan raga yang dikemas dengan gerak dan lagu. Sebelumnya didahului dengan meditasi pengaturan nafas dan mendengar sapaan Tuhan yang sungguh mengasihi kita semua. Kami ingin menjadi diri sendiri, akan selalu connect (terhubung) dengan hati dan pikiran diri sendiri.
Sungguh pengalaman yang luar biasa. Sepulang dari mengikuti Rekoleksi di Sarasvit,a jiwa dan raga terasa fresh, hati terasa happy, nyaman dan lega. Thank you so much love you, I care for you. Berdamai dengan diri sendiri.
Endang Setya – SMP Kanisius Pakem, Peserta RMMG Gelombang 5
Pengalaman mengikuti rekoleksi hari ini sungguh sangat luar biasa. Semula bayangan saya, kegiatannya akan sangat membosankan terlebih dengan waktunya yang mepet, mendekati liburan, apalagi rekoleksi dilaksanakan dari pagi sampai sor. Membuat suasana hati yang rasanya tidak ikhlas, “nggrundel” dan berbagai perasaan yang tidak mengenakkan.
Akan tetapi, semua perasaan itu hilang setelah masuk dan berproses dalam kegiatan. Melihat pendamping rekoleksi yaitu Suster Agnes Samosir, FCJ untuk pertama kali, saya sudah langsung tertarik. Wajahnya meneduhkan dan kata-katanya sungguh menyejukkan jiwa dan membuat gembira.
Ketika masuk pada sesi meditasi, saya benar-benar memperoleh pengalaman yang membuat rasa nyaman, rileks, dan menghargai tubuh serta diri sendiri. Saya yang merasakan sesak napas seolah-olah terhimpit beban berat ketika dalam keadaan gelap (mata terpejam bukan tidur), tadi mampu melewati dengan baik dan rasa sesak itu hilang.
Pokoknya rekoleksi kali ini berbeda dengan rekoleksi biasanya. Dan hal utama yang saya peroleh adalah bahwa saya disasarkan untuk mencinta diri sendiri sebelum mencintai orang lain, menciptakan kebahagiaan untuk diri sendiri karena bahagia itu sebuah pilihan. Dan yang tidak kalah penting adalah mulai belajar mengabaikan segala perkataan orang lain, karena selama ini saya selalu memikirkan apa kata orang lain tentang saya. Terimakasih Suster Agnes dan tim atas hari ini. Semoga masih ada kesempatan untuk bisa bertemu kembali. Salam berkah Dalem
Read moreREKOLEKSI BERSAMA PARA GURU
Read more“Merayakan Kemenangan Jiwa Selama Masa Pandemi”
Selama bulan Maret 2021 sampai dengan Bulan November 2022 Sarasvita FCJ Center telah melayankan rekoleksi bagi guru-guru Sekolah Kanisius Yogyakarta sebanyak 14 gelombang dan guru Agama Katolik Sekolah Negeri Kabupaten Sleman sebanyak 3 gelombang.
Rekoleksi ini sungguh menjadi sarana bagi para guru untuk menyegarkan semangat dalam memberikan pelayanan bagi murid-murid di masa pandemi. Pada masa pandemi setiap guru diundang untuk tetap memberikan pendidikan yang terbaik bagi para murid di antara keterbatasan-keterbatasan situasi masing-masing, situasi keluarga maupun masyarakat yang tidak mudah akibat pandemi.
Sarasvita FCJ Center sungguh bersyukur boleh ambil bagian dalam menemani para guru melalui rekoleksi ini. Rekoleksi menjadi sarana untuk menemukan kembali makna pelayanannya serta penyegaran semangat dan kegembiraan dalam pelayanannya.Sarasvita FCJ Center mengucapkan terimakasih kepada para donatur dan volunter yang telah memberikan dukungan melalui berbagai macam bentuk dukungan, sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi para guru. Semoga pelayanan ini sungguh menjadi berkat bagi para guru, juga para murid yang mereka layani.
MEDITASI SORE 24 NOVEMBER 2022
“Menghadirkan Cinta…, terhubung dengan Cinta”
Bagaimana membangun kesadaran dan kebiasaan agar bisa connect dengan energi Cinta dalam hidup sehari-hari. Bacaannya diambil dari: 1 Kor 13: 4-8 dan 1 Kor 16: 14
Kasih itu sabar, artinya kasih itu menghormati RITME Allah yang bekerja dalam setiap hidup saudara/i kita masing-masing.
Kasih itu murah hati, karena kasih berasal dari energi berkelimpahan dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berbagi.
Ia tidak cemburu, karena kasih itu hadir dari mentalitas diri yang merasa “utuh… komplit”, bebas dari konsep diri “yang selalu kurang’.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong, karena ia sudah merasa berharga dan dicintai, sehingga tidak ada lagi kebutuhan untuk dihargai.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ya, karena “mencari keuntungan diri sendiri” adalah permainan dunia yang memenjarakan kita akan kelekatan kenikmatan dunia yang sesaat, yang ujung-ujungnya membawa ke sengsaraan. Dengan mengatakan “tidak” pada permainan itu, lahirlah cinta.
Ia tidak pemarah. Karena jelas bahwa rasa marah seringnya disebabkan oleh pola pikir yang salah, yang tidak sesuai dengan realita yang sesungguhnya, yang perlu diolah. Mengolah kemarahan itu, hadirlah kasih.
Ia tidak menyimpan kesalahan orang lain, karena kesalahan sebenarnya didorong dari memori atau program-program yang berasal dari alam bawah sadar, tidak disengaja… tidak disadari. Hanyalah ilusi. Menyerahkan kesalahan dan pribadi orang itu pada Yang Ilahi adalah kasih.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ya, Memilih hidup dalam kebenaran itu adalah memilih hidup dalam harmoni dengan Alam Semesta. Rasanya NIKMAT & MEMBEBASKAN…inilah cinta.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; Ya, kasih itu abadi… tidak hilang… selalu hadir dan hidup. Kita perlu menaikkan level energi fibrasi kita untuk menangkap energi cinta itu, yaitu dengan bersyukur, berterima kasih & melepaskan, kontak dengan alam & bermeditasi.
24 November 2022
Sr. Agnes Samosir, fcJ
07.location
Inwave Head ofice - #302 Rainbow Building Van Quan Ha Dong Dist, Ha Noi, Vietnam
- +84 04 1234 566 66
- hello@ineventwordpress.com
- http://ineventwordpress.com