MENYAMBUT FAJAR

MENYAMBUT FAJAR

Ekaristi Fajar Sarasvita: Melampaui Kata-Kata

Oleh Agnes Samosir, FCJ

“By the way, Ekaristi fajar hari ini menurutku beyond words, Suster, hehehe…  Akan menjadi suatu kerinduan mengikuti keheningan dalam Ekaristi fajar,” ungkap Dicky, mahasiswa Universitas Sanata Dharma asal Padang, yang baru pertama kali menghadiri Ekaristi Fajar di FCJ Sarasvita Center, Yogyakarta.

Kesibukan staf Sarasvita setiap Sabtu Pertama sudah mulai pada 03.30 WIB.  Sekitar 04.45 WIB, alunan gong instrumental dari Tibet terdengar khidmat dari kebun tengah Sarasvita, mengantarkan umat untuk masuk dalam keheningan sebelum perayaan Ekaristi.  Pada 05.00 WIB, Ekaristi Menyambut Fajar ini dibuka dalam keheningan. Setelah Injil, dengan pengantar bernas dari selebran, umat masuk dalam suasana meditasi bersama selama dua puluh menit.   Singing bawl dari Myanmar berbunyi untuk mengawali dan mengakhiri meditasi. Perayaan Ekaristi berlanjut kembali secara meditatif dan berakhir dalam keheningan.

Suasana kebersamaan dalam keheningan, di bawah pepohonan, dialiri angin segar, diiringi musik kicauan burung dan dinaungi cahaya kegelapan malam yang perlahan-lahan memudar.  Di saat itu, dari detik ke detik, di langit biru, Sang Pencipta mewarnai awan dengan cahaya oranye, lalu ke kuning, kemudian ke putih…kadang keabu-abuan.  Gelombang cahaya yang baru hadir, energi baru lahir, energi harapan bersinar.  Gita Sang Surya dari St. Fransiskus Asisi seakan-akan mengalun dalam kesunyian.

…Terpujilah Engkau, Tuhanku, bersama semua makhluk-Mu, terutama Tuan Saudara Matahari; dia terang siang hari, melalui dia kami Kauberi terang.
Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Bulan dan Bintang-bintang, di cakrawala Kaupasang mereka, gemerlapan, megah dan indah.

Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudara Angin, dan karena udara dan kabut, karena langit yang cerah dan segala cuaca, dengannya Engkau menopang hidup makhluk ciptaan-Mu…

Banyak umat bersyukur atas keindahan perayaan Ekaristi dan atas peneguhan iman dalam meditasi bersama.  Muryani, salah satu umat dari Paroki St. Mikael, Yogyakarta, membagikan pengalamannya di grup WhatsApp “Ekaristi Menyambut Fajar.” “Selamat pagi, Sr. Agnes dan teman- teman.  Mohon izin sharing manfaat meditasi. Saya dapat mengelola emosi sehingga merasa hidup lebih tenang, sadar pentingnya menyisihkan waktu pribadi sejenak untuk berinteraksi dengan diri, alam, sesama dan Tuhan…. Meditasi menyadarkan saya akan tujuan hidup: mau apa, mau bagaimana dan mau kemana?”

 Asal Mula Ekaristi Fajar

“Ya Tuhan, saya tidak tahu sesuatu yang akan saya lakukan dalam perutusan baru ini.  Mohon Engkau berkenan membantu saya.” Demikian doa saya ketika kembali ke tanah air pada Juli 2020 dan menerima kerasulan baru di FCJ Sarasvita, Pusat Spiritualitas dan Pengembangan Pribadi, Yogyakarta.  Sebelumnya, selama 13 tahun, saya diutus di beberapa negara, termasuk Myanmar selama sepuluh tahun, yang banyak melayani di sekitar dunia pendidikan dan pemberdayaan perempuan.  “Percayalah. Saya akan menunjukkan jalan engkau akan pergi,” jawab Sang Ilahi.

Suatu pagi, pada saat meditasi, di benak saya muncul bayangan penderitaan banyak orang akibat pandemi Covid-19.  Terlihat orang-orang yang sedang kehilangan pekerjaan…kehilangan anggota keluarga, termasuk pribadi yang dikasihi.  Terasa duka yang mendalam, pedih, bingung, marah, kosong, kekeringan, kesepian, dan tak berdaya, yang mewarnai kehidupan pada masa pandemi.   Suara lembut memanggil saya. “Bagaimana kalau kamu menyelenggarakan Ekaristi Menyambut Fajar dengan mengikutsertakan meditasi di dalamnya?”  Suara itu menggerakkan hati dan menyemangati jiwa saya.  Ekaristi dan meditasi bersama pada pagi hari saya yakini akan membawa kedamaian hati, kekuatan batin dan harapan.

Terselenggara Ekaristi Menyambut Fajar pertama pada 3 Oktober 2020 dengan tema “Perdamaian” yang dihadiri sekitar 30 orang.  Usai Ekaristi, saya menerima ekspresi syukur dari umat.  Ada yang merasakan damai, ada yang merasakan penyegaran dan ada yang merasa sungguh dikuatkan.  Sejak saat itu, Ekaristi Menyambut Fajar, sekarang disingkat Ekaristi Fajar, berlangsung setiap Sabtu pertama dan penyelenggaraannya di alam terbuka, di Labirin Sarasvita.  Sebagai tanggapan akan kebutuhan umat, Ruang Doa Sarasvita tersedia bagi pribadi-pribadi yang hendak melanjutkan meditasi usai Ekaristi.  Tim Tata Laksana terbentuk untuk memperlancar penyelenggaraan Ekaristi Fajar.

 Di Balik Ekaristi Fajar

Setelah beberapa kali menyelenggarakan Ekaristi Fajar, ada kebutuhan untuk merefleksikan lebih dalam makna dan tujuan perayaan ini.  Terbentuk Tim Refleksi Misa Fajar.  Secara rutin, kami bertemu, merefleksikan pengalaman-pengalaman, khususnya pengalaman umat yang hadir, dan “melihat” makna di balik kekayaan simbol-simbol ritual ini.  Berikut buah-buah refleksi kami.

“Rangkuman” Seluruh Karya Keselamatan Allah

Perayaan Ekaristi kami maknai sebagai “rangkuman” seluruh karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus.  Ada banyak hal yang dipadatkan dalam Perayaan Ekaristi, termasuk melalui simbol-simbol sebagai ungkapan iman yang dalam, melampaui kata-kata. Perayaan Ekaristi adalah “fiesta kasih”.  Yesus secara simbolik menyerahkan seluruh diri bagi sahabat-sahabat-Nya karena cinta begitu besar kepada mereka.  Dalam perayaan kasih ini, energi cinta hadir, memancar dan menyentuh hati kita masing-masing.

 Puji Syukur padaNya, diberi kesempatan untuk menerima tubuh darah-Nya dalam Ekaristi Menyambut Fajar tadi pagi. Sejak semalam, kepala rasanya berat dan pening…setelah dapat duduk hening menghadirkan Dia di hati terlebih setelah konsekrasi, ada rasa yang mengalir ke dalam tubuh saya … badan terasa ringan, pandangan terang sekali, puji Tuhan setelah Ekaristi, saya benar-benar sehat tidak merasakan pening. – Yayuk, Paroki Maria Marganingsih, DIY.

Mencecap Sabda Allah dalam suasana meditatif.

Dalam dialog-dialog antara imam dan umat sepanjang perayaan Ekaristi, kita menemukan Sabda Allah yang berasal dari Kitab Suci.  Sabda Allah ini perlu dicecap, dikunyah-kunyah perlahan-lahan, agar kita dapat “merasakan manisnya” Sabda Allah.  Berdasarkan pengertian ini, Ekaristi Fajar dirayakan dalam suasana meditatif.  Sebelum Ekaristi, suasana diciptakan agar umat mampu masuk dalam keheningan batin untuk mencecap dan merasakan kehadiran Tuhan, baik dalam Sabda maupun dalam santapan Ekaristi.  Umat diundang untuk merasakan energi kasih yang mengalir melalui sabda Allah, doa, simbol dan melalui kehadiran bersama sebagai umat beriman untuk semakin menyadari kehadiran Yesus dalam Ekaristi.

Sungguh saya merasakan ketenangan, damai.  Sejak masuk, saya merasa diajak mempersiapkan, mengarahkan hati untuk hadir dalam perjamuan Kudus tadi pagi.  Sesudah liturgi sabda, saya diberi kesempatan hening mengecap ngecap (merasa-rasakan sabda Tuhan) – Suciwati, Paroki St. Yohanes Rasul, Yogyakarta

Menjelang Fajar

Perayaan ini berlangsung menjelang fajar, saat suasana hening dan sebagian besar mahluk hidup terlelap.  Umat diundang untuk menikmati udara segar, masuk dalam keheningan yang membantu pikiran menjadi tenang dan hati menjadi damai.  Saat suci ini memampukan kita menjalin harmoni dengan jati diri sesungguhnya dan harmoni dengan tujuan hidup sejati. Ketika fajar datang, binatang-binatang terbangun dari tidur. Burung-burung berkicau dengan nyanyian baru. Umat diajak menikmati nada dan musik baru.

Kemarin Ekaristi serasa indah sekali lebih indah dari sebelumnya. Awalnya, saya juga tidak tahu alasannya.  Namun, setelah merenungkannya, saya merasa tema Sabtu kemarin sangat mempengaruhi indra kita. Indra terasa terbuka sehingga seolah dapat mendengar alam berbicara dengan riang.  Banyak detail-detail dari alam yang biasanya tidak kita sadari ternyata tampak nyata.  Saya bersyukur dapat merasakan pengalaman ini  – Anna, Paroki St. Petrus dan Paulus, DIY

 Selaras dengan Sang Sumber Hidup

Dalam suasana alam yang luar biasa gaib ini, umat diajak untuk mengalami perubahan lembut dari gelap menjadi terang, merasakan perubahan indah dari terlelap menjadi hidup.  Umat diundang untuk menyadari aliran kasih Allah yang tercurahkan tak kunjung padam melalui alam dan masuk ke keheningan batin… mengalami persatuan dengan Sang Sumber Hidup…sehati, sejiwa, selaras dengan-Nya, Sumber Kebenaran, Kedamaian dan Harapan. Ada sesuatu yang lain. Ada waktu untuk merasakan dan bersyukur atas kasih-Nya melalui suara alami yang ada di sekitar, menyambut hari baru. Saya selalu rindu untuk hadir di tengah situasi pandemi ini.  – Sri, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus, Yogyakarta

Ada Apa dengan Misa Fajar?

Lebih dari satu tahun, Ekaristi Fajar telah berlangsung dan terjadi hampir sebulan sekali, kecuali pada Januari, Juli dan Agustus 2021, ketika naik signifikan jumlah orang yang terpapar Covid-19.  Ekaristi Fajar semakin dikenal umat, meluas melampaui kota Yogyakarta.  Tidak disangka, umat berdatangan dari lokasi-lokasi jauh, seperti Kulon Progo, Wonosari, Bantul, dan Pakem.  Ada yang sengaja menginap di kota Yogyakarta, dan ada yang memilih retret di Sarasvita FCJ Center agar dapat menghadiri Misa Fajar.

Melihat tanda-tanda ini, Sarasvita menawarkan kegiatan baru, yaitu rekoleksi “Menyambut Fajar” pada akhir pekan pertama setiap bulan.  Kegiatan ini mendapatkan sambutan sangat positif.  Pada akhir pekan pertama November ini, Rumah Retret Sarasvita (6 kamar) sudah terisi penuh oleh umat dari Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta.  Pada bulan Desember ini, Januari dan Februari 2022, Rumah Retret Sarasvita sudah disewa penuh oleh pribadi-pribadi yang hendak menghadiri Misa Fajar.

Saya belum memiliki kebiasaan doa meditasi.  Badan saya belum hening.  Namun, ada sesuatu dalam Ekaristi ini yang menjadikan saya merasa istimewa.  Saya tidak tahu sesuatu itu.  Kalau tidak ada halangan, saya dan keluarga saya akan datang lagi. – Justianus, umat Gereja Kristen Indonesia, Surabaya.

Ada apa dengan Ekaristi Fajar sehingga orang rindu untuk hadir kembali?  Dalam hidup menggereja, akan diantar kemana umat melalui Misa Fajar ini?  Inilah bagian kelanjutan perenungan Tim Refleksi Ekaristi Fajar.   Kami terus mengkontemplasikannya dengan melihat dalam konteks teologi, spiritualitas, hidup menggereja dan budaya setempat, sambil bersyukur atas berkat-berkat yang luar biasa dari perayaan kudus ini.  “Dengarkan keheningan.  Ada banyak yang keheningan katakan,” tulis Jalaluddin Rumi, penyair Persia

Tulisan ini pernah dipublikasikan pada Ruang Doa – Majalah Rohani No. 12 Tahun ke-68 Desember 2021

Copyright 2016 © InEvent. All rights reserved. Made withby InwaveThemes